Budi Daya Pembenihan Ikan Konsumsi
Saat ini semakin banyak bermunculan usaha di bidang kuliner. Kecenderungan masyarakat untuk wisata kuliner juga meningkat. Melihat hal tersebut, peluang bagi usaha penyedia bahan makanan bisa menjadi ide bisnis yang menarik. Contohnya, budidaya ikan konsumsi. Hasil dari kegiatan budi daya dapat disalurkan langsung untuk memenuhi kebutuhan pasar atau diolah lebih jauh menjadi produk siap konsumsi.
Ikan konsumsi yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia diantaranya, ikan gurame, nila, bawal, lele, dan ikan patin. Jenis ikan yang berbeda, berbeda pula cara membudidayakannya. Pada bab ini akan dipelajari usaha budidaya ikan konsumsi mulai dari perencanaan usaha, cara pembudidayaan, pengolahan produk hasil budi daya, sampai pemasaran. Agar lebih jelasnya akan dijabarkan usaha budi daya ikan patin sebagai contoh. Untuk mempelajari lebih jauh, pelajarilah bab ini dengan baik.
A. Perencanaan Usaha Budi Daya Pembenihan Ikan Konsumsi
1. Peluang Usaha
Bukan hanya budi daya ikan gurame, nila, bawal, dan lele saja yang saat ini dijadikan sebagai peluang bisnis. Budi daya ikan patin juga banyak digeluti masyarakat. Ikan patin merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki peluang pasar yang sangat potensial. Ikan patin termasuk jenis ikan konsumsi air tawar. Ikan yang berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan ini dikenal sebagai komoditas yang berprospek cerah, sebab mempunyai harga jual yang tinggi. Oleh karena itu, ikan patin banyak berwirausahawan yang berminat membudidayakannya.
Ikan patin dengan nama ilmiah Pangasius hypophthalmus masuk ke dalam golongan jenis ikan lele (catfish). Habitat asli ikan patin di alam bebas adalah sungai-sungai besar yang ada dikawasan pulau Kalimantan, pulau Sumatera, pulau Jawa. Namun ikan patin dapat juga hidup dan dibudidayakan di kolam air tawar. Jenis ikan patin di Indonesia mempunyai kesamaan bentuk, ukuran dan tekstur dengan jenis ikan patin yang ada di Thailand (Pangasius sutchi).
Saat ini ikan patin menjadi salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan. Ikan ini mempunyai cita rasa yang khas dan mengandung protein cukup tinggi. Disamping itu kadar kolesterol yang ada dalam ikan patin sangatlah rendah, sehingga ikan ini banyak dipilih masyarakat untuk dikonsumsi karena aman bagi kesehatan. Biasanya ikan patin dikonsumsi dalam keadaan segar maupun diolah menjadi fillet ikan.
2. Perencanaan Usaha
Sebelum membuat perencanaan usaha budi daya ikan patin, perlu memahami terlebih dahulu cara pemeliharaan ikan konsumsi jenis ini, mulai dari menentukan lokasi pembudidayaan, pembuatan kolam, penyiapan bibit, memelihara dan membesarkan ikan patin, hingga proses pemanenan, bahkan penanganan ikan pasca panen.
Selain dari itu, perlu dipertimbangkan target pasar dan peluang yang mungkin bisa dimasuki untuk memasarkan komoditas produk ini. Maraknya usaha-usaha kuliner yang bermunculan juga memberikan prospek yang baik bagi pengembangan usaha ini, yaitu untuk mensuplai bahan dasar pembuatan makanan, berupa daging ikan segar. Atau melakukan diversifikasi produk hasil pembudidayaan dengan cara mengolah makanan sendiri ikan-ikan hasil budi daya tersebut.
Tahap akhir adalah pemasaran, bagian ini juga harus dipertimbangkan secara matang. Kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan cara menjual langsung pada pengusaha makanan siap saji seperti restoran, rumah makan, kafe, kedai makan, pasar tradisional, hotel, pameran produk kuliner, bazar atau dapat dijual kepada toko swalayan penyedia bahan makanan. Strategi promosi dapat dilakukan melalui kegiatan pameran, penyebaran brosur, leaflet, atau pamflet di tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi orang, serta melalui media internet.
Persyaratan Lokasi Budi Daya Ikan Patin
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan saat menentukan lokasi budidaya ikan patin
1. Tanah yang baik untuk kolam budidaya ikan patin adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Carilah lokasi yang dekat dengan sumber air serta bebas dari banjir. Ketersediaan air untuk mengisi kolam juga harus diperhatikan, dimana sumber air pengisi kolam harus tersedia sepanjang tahun dengan debit air optimum.
3. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam sehingga salah satu kolam dapat dialiri dengan baik. Pengairan dengan sistem gravitasi sangat efektif, karena pengisian dan pengurasan air kolam dapat dilakukan dengan mudah.
4. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung dipasang di sungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
5. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruh serta tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun seperti minyak/limbah pabrik. Untuk menghidari tumbuhnya jamur, dapat ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur.
6. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium antara 26-28 derajat celcius. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah, diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
7. Keasaman air berkisar antara 6.5 dan 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar